Senin, 03 September 2012

Kita Hidup dalam Lautan Ujian


Hidup ini memang tak lebih dari lembar
demi lembar ujian, karena Allah SWT
menjadikan seseorang sebagai ujian
bagi sesamanya. Itulah yang Allah
firmankan, "Dan Kami jadikan sebagian
kalian ujian bagi sebagian yang lain.”
(QS. Al-Furqan : 20), "Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-
buahan." (QS. Al-Baqarah (2) : 155).

Ibnul Qayyim mengatakan, bahwa kondisi
ujian seperti ini akan dialami oleh
setiap orang. Para Rasul diuji oleh
yang didakwahinya. Diuji kesabarannya
atas cacian mereka, diuji kemampuannya
dalam menyampaikan risalah Allah. Kaum
yang disampaikan ajaran oleh para
Rasul itu juga diuji oleh dakwah yang
disampaikan para Rasul. Diuji apakah
mereka mentaati para Rasul, menolong,
dan membenarkannya? Atau mereka malah
mengkufuri, menolak, dan memeranginya?

Para ulama diuji dengan orang-orang
bodoh. Apakah para ulama itu tetap
mengajari, menasehati, dan sabar untuk
mengajari mereka? Dan orang-orang
bodoh juga diuji dengan adanya para
ulama. Apakah mereka akan mentaati dan
mengikuti para ulama? Kaum pria diuji
dengan adanya kaum wanita. Dan
sebaliknya wanita juga diuji dengan
adanya kaum pria. Suami diuji dengan
istrinya. Istri diuji dengan suaminya.
Orang mukmin diuji dengan orang kafir.
Orang kafir diuji dengan orang mukmin.

Ketahuilah juga bahwa kedudukan dan
kehormatan yang kita nikmati itu
adalah ujian. Pemimpin adalah ujian
bagi rakyat dan rakyat adalah ujian
bagi pemimpin, yang kuat adalah ujian
bagi yang lemah dan yang lemah adalah
ujian bagi yang kuat, yang kaya adalah
ujian bagi yang miskin dan yang miskin
adalah ujian bagi yang kaya, yang
tampan adalah ujian bagi yang jelek
dan yang jelek adalah ujian bagi yang
tampan. Semua orang adalah ujian bagi
sesamanya. "Dan Kami jadikan sebagian
kalian ujian bagi sebagian yang lain."

Dengarkanlah sebuah syair yang dikutip
oleh Ibnul Qayyim dalam kitab Miftah
Darus Sa'adah, "Adakah orang yang
sampai pada kedudukan yang terpuji,
atau akhir yang utama. Kecuali setelah
ia melewati jembatan ujian. Demikian
kedudukan tinggi jika engkau ingin
mencapainya. Naiklah ke sana dengan
melewati jembatan kelelahan."

"Tiada sesuatu bencana pun yang
menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid
(57) : 22).

Tinta pena telah mongering, lembaran-
lembaran catatan ketentuan telah
disimpan, setiap perkara telah
diputuskan, dan takdir telah
ditetapkan. Maka, "Katakanlah : Sekali-
kali tidak akan menimpa kami melainkan
apa yang telah ditetapkan oleh Allah
bagi kami." (QS. At-Taubah (9) : 51).

Apa yang membuat kita benar tak akan
membuat kita salah. Sebaliknya, apa
yang membuat kita salah tidak akan
membuat kita benar. Jika keyakinan
tersebut tertanam kuat pada jiwa kita
dan kukuh bersemayam dalam hati, maka
setiap bencana akan menjadi karunia,
setiap ujian menjadi anugerah, dan
setiap peristiwa menjadi penghargaan
dan pahala.

"Barangsiapa yang oleh Allah
dikehendaki menjadi baik, maka ia akan
diuji olehNya."

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar